Mengomentari Pembacaan Puisi
Puisi dibangun atas dua unsur utama yaitu lapis bentuk dan lapis arti. Lapis bentuk puisi berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan intonasi. Oleh karena itu keindahan bentuk sebuah puisi baru benar-benar dapat dinikmati jika dibacakan atau diperdengarkan. Namun, Pembacaan yang dilakukan dengan asal-asalan tentu juga tidak akan mampu mempersembahkan keindahan itu.
Agar keindahan dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan mengekspresikan yang proporsional.
Sumber https://materiku86.blogspot.com/
Agar keindahan dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan mengekspresikan yang proporsional.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan saat Membaca Puisi
Ada tiga hal penting yang harus selalu diperhatikan pada saat membaca puisi, yaitu lafal, intonasi, dan ekspresi.
(1). Lafal (artikulasi), berkaitan dengan pengucapan kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi oleh bahasa daerah. Hal itu harus dihindari karena akan merusak keindahan puisi yang akan dibacakan. Pengucapan kata-kata harus tepat dan dijaga kemurniannya dari aksen atau logat daerah tertentu. Artikulasi atau cara pengucapan ini erat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat.
(2). Intonasi atau lagu kalimat, berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur yang sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara.
Irama puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi, yaitu sebagai berikut:
a. Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b. Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara itu suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
c. Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
(3). Ekspresi, adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi puisi. Penjiwaan puisi dapat dilakukan jika pembaca mampu menginterpretasikan makna puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya pasti juga akan tidak mengena. Penjiwaan isi puisi terungkap lewat mimik (gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh). Ekspresi yang baik harus dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan.
Mengomentari Pembacaan Puisi
Bagaimana sikap teman-teman saat mendengarkan seseorang membaca puisi? Tanpa sadar teman-teman memberikan kritik atau pujian terhadap pembacaan puisi tersebut. Namun, terkadang puisi yang sebenarnya sangat indah, menjadi biasa saja karena dibacakan monoton atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau bihan, dan sebagainya.
Demikian itulah pembahasan bahasa indonesia tentang Mengomentari Pembacaan Puisi yang baik dan benar dan dibahas secara lengkap agar teman-teman dapat dengan mudah memahaminya, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.
0 Response to "Mengomentari Pembacaan Puisi"
Post a Comment